DASAR-DASAR ILMU FILSAFAT MORAL ETIKA TRANSENDENTAL
KESUSULAAN DALAM TEORI DAN PRAKTEK
MORALITAS
Sekian jauh kita telah melihat
bhwa tujuan akhir manusia adalah kebahagian sempurna dalam memiliki tuhan
kecuali itu juga telah kita ketahui bahwa kearah tujuan tadi adalah perbuatan
manusiawi yakni perbuatan manusia yang sukarela sekarang pertanyaan yang kita
hadapi adalah menghubungkan dijalan ke tujuan
Dapatkah setiap macam perbuatan
membawa kita kita keadaan tujuan akhir kita bila kita menjawab ia berarti bahwa
tidaklah terdapat perbedaan antara hal yang benar dan hal yang salah
selanjutnya tidak terdapat ilmu filsafat moral tidak terdapat etika seperti
kita katakan etika mendasarkan dirinya pada fakta pengalaman yakni keputusan
tentang hal yang benar dan yang salah keyakinana yang dimiliki manusia bahwa
beberapa perbuatan adalah dan sepantasnya dikerjakan bahwa ada perbuatan yang
salah dan sepantasnya tidak dikerjakan bahwa terdapat perbuatan yang
indefeerent yang boleh dijalankan atau tidak dijalankan fakta ini menyatakan
bahwa manusia memutuskan bahwa terdapat macam perbuatan yang slah dan tidak akan
membawa kita kearah tujuan terakhhir dan bahwa terdapat macam perbuatan benat
yang sesungguhnya akan membawa kkita kearah tujuan terakhir tersebut demikian
jauh kita hanya memakai saja fakta-fakta tersebut apabila berkata bahwa
kebijaksanaan tuhan dan derajat manusia menuntut supaya manusia membimbing
dirinnya sendiri kearah tujuan akhirnya dengan dengan memakai kehendak bebasnya
kita juga merangkum dalam pernyataan kita tadi bahwa sanya terdapat kemungkinan
memilih antara hal-hal yang akan membawa manusia kearah tujuannya adedidikirawan dan hal-hal
yang tidak akan membawa manusia kearah tujuannya dan hal-hal yang tidak akan
membawa arah tujauannya sebab apabila semua jalan akan membawa kita ketujuan
yang sama agaknya jelas tidak diperlukan adanya pimpinan atau pemilihan
Pembicaraan mengenai kesukarelaan
dan kemerdekaan lebih-lebih mengnai prinsip akibat rangkap (the principle of
double effeot) adalah berdasarkan pengalaman sehari-hari bahwa konsekuenssi
atau akibat buruk atau jahat dapat terbit dari perbuatan manusiawi sering
manusia bertanggung jawab atas perbuatan hal-hal yang buruk tersebut sekarang
saatnya kita membuktikan semuanya itu apakah keyakinan umum umat manusia yang
berkata bahwa ada perbuatan yang benar dan salah itu suatu yang benar mengapa
terdapat perbuatan yang dianggap benar dan terdapat perbuatan yang dianggap
salah apakah gerangan nilai-nilai alasan –alasan yang diberikan inilah apa yang
disebut problm moralitas
ARTI MORALITAS
Moralitas adalah kualitas dalam
perbuatan manusia dengan mana berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah baik
atau buruk moralitas mencakup pengertian tentang bai buruknya perbuatan manusia
kata a-moral non-moral berarti bahwa tidak mempunyai hubungan dengan moral
tidak mempunyai arti moral istilah imoril artinya moril buruk moralitas
objektif memandang perbuatan semata sebagai sesuatu perbuatan yang telah
dikerjakan bebas lepas dari pengaruh sukarela pihak pelaku lepas dari segala
keadaan-keadaan khusus si pelaku yang dapat mempengaruhi atau mengurangi
penguasaan diri dan bertanya adakah orang yang sepenuhnya menguasai dirinya
dijadikan dengan suka rela menghendaki macam perbuatan tersebut moralitas
subjektif adalah moralitas yang memandang perbuatan sebagai perbuatan yang
dipengaruhi pengrtian dan persetujuan sipelaku sebagai individu adedidikirawanpula
dipengaruhi dikondisionir oleh lataar belakangnya pendidikannya kemantapan
emosinya dan sifat-sifat pribadi lainnya yang ditancapkan emosinya dan
sifat-sifat pribadi lainnya yang dicanangkan adakah perbuatan tersebut sesuai
atau tidak sesuai dengan hati nuraninya (conscience) sendiri dari pelaku disini
kita tidak perbincangkan adakah moralitas itu subjektif ada. Karena ini adalah
suatu fakta pengalaman bahwa hati nurani mnyetujui atau tidak menyetujui apa
yang dikerjakan seluruh persoalannya marilah ditunda sampai saatnya
membicarakan tentang hati nurani persoalan yang dihadapi kini hanya tentang
moralitas objektif apakah hakekat dari perbuatan-perbatab adedidikirawanitu sendiri adakah
perbuatan-perbuatan tersebut telahmemiliki kuwalitas moral sifat benar salah
yang hakiki sendiri ataukah buatan-buatan tersebut mempunyai arti moril karena
sebab-sebAb ekstrinsiik karena sebab-sebab dari luar
Moralitas dapat intrinsik ATAU
ekstrinsik pembagian diatas tadi moralitas instrinsik memandang perbuatan
menurut hakekatnya bebas lepas dari setiap bentuk hukum positif yang dipandang
axdalah adakah perbuatan baik atau buruk hakekatnya bukan adakah seseorang
telah memerintahkannya atau telah melarangnya moralitas ekstrinsik adalah
moralitas yang memandang perbuatan sebagai sesatu yang diperintahkan atau
dilarang oleh seseorang yang kuasa atau oleh hukum positif baik dari manusia
asalnya maupun dari tuhan
Bahwa sanyaa terdapat moralitas
ekstirinsik semua orang bisa setuju karena tidak ada orang menolak kenyataan
bahwa hukum-hukum positif bagaimanapun nilai sahnya adalah benar-benar ada
seperti umpamanya adedidikirawanhukum negara atau hukkum yang tak tertulis atau hukum adat
jadi disini kita tidak mengadakan pemilihan antara moralitas intrisnik dan
moralitas ekstrinsik disini kita bertanya disamping moralitas ekstrinsik adakah
juga terdapaat moralitas intrinsik atau juaga pertanyaan itu diperintahkian
atau dilarang karena perbuatan tersebut pada hakekatnya benar atau salah adakah
moralitas kodrat ataukah perbuatan tersebut padaa hakekatnya benar atau salah
karena diperintahkan atau dilarang adakah semua moralitas situ sekedar sesuatu
yang konvensional
Teori yang mengatakan bahwa semua
bentuk moralitas itu ditentukan oleh konvensi bahwa semua bentuk moralitas itu adalah
resultan dari kehendak seseorang yang dengan semau-maunya memerintahkan atau
melarang perbuatan-perbuatan tertentu tanpa medasarkan pada sesuatau yang
intirinsik dalam perbuatan manusia sendiri atau pada hakekat manusia dikenai
sebagai aliran positivisme moril disebut begitu karena menurut aliran tersebut
semua moralitas bertumpu pada hukum positif sebagai lawan hukum kodrat (natural
law) menurut teori tersebut perbuatan dianggap benar atau salah berdasar :
1. Kebiasaan
manusia
2. Hukum-hukum
negara
3. Pemilihan
bebas tuhan
Teori yang berkata bahwa
moralitas itu sekedar kebiasaan sja sudah lama tersebar yakni sejak jaman para
sophist dan kaum skeptik dijaman yunani kuno ada yang mengira bahwa moralitas
itu dipaksakan oleh orang –orang pandai dan berpengaruh untuk menundukan rakyat
biasa oleh tekanan dan pendapat umum dan tradisi orang biasa menerima hukum
moral dan mau memakai rantai belenggu juga telah dibuatkan untuknya dan hanya
beberapa pemberani berani berjuang dan dapat merdeka inilah filsafat adedidikirawandari dunia
pemberontakan dalam bidang moril mandeville dalam bukunya enquiry into the
origin of moral virtue menyocokan gagasan tersebut pikiran friedrich nietszche
tidak jauh berbeda menurut dia pada permulaan yidak ada hal yang baik dan yang
buruk yang ada hanya yang kuat dan yang lemah yang seperti perempuan juga sabar
ramah tamah lembut yang lemah takut pada yang kuat masing-masing golongan
memuja sifatnya masing-masing dan menghukum golongan lain demikian munculah
perbedaan antara moralitas bendoro dan moralitas budak oleh karena jumlahnya besar
dan kena pengaruh agama katolik moralitas budak menang iini merupakan bencana
bagi rakyat tidak terhitung adalah tugasnya masyarakat untuk menimbulkan
golongan aristrokat para ubermensch yang akan mengembalikan sifat –sifat
kejahatan dan mengembalikan moralitas bendoro ubermensch itu mengatasi
segalanya yang baik dan buruk ia adalah merupakan suatu hukum tersendiri hukum
bagi dirinya sendiri
Para hukum evolusionis modern
seperti herbert sepencer umpamanya mencari jejak permulaan pertama gagasan
–gagasan moril pada binatang sebagaimana manusia berkembang dari hewan demikian
juga gagasan –gagasan moril tentu mengalami perkembangan evolusi yang sama cara
berbuat yang dianggap berguna berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan suku-suku
primitif bersama dengan majunya peradaban semakin disaringadedidikirawan lah dan menjadi
sistem morilyang kita miliki sekarang oleh karena proses evolusi belum berhenti
maka sistim tersebut masih bisa menjadi sistem yang lebih tinggi
Aguste comte pendiri aliran
positivisme memandang etika sebagai bagian sosiologi yang dianggap sebagai ilmu
tertinggi kebiasaan moril itu muncul dari kebiasaan sosial dan terus menerus
berubah bersama dengan perbuatan-perbuatan juga terdapat dalam masyarakat jadi
semacam relativisme etika friedrich paulsen yang tidak dapat golongkan sebagai
seorang postivist menegaskan bahwa pada konkritnya tidak terdapat moralitas
yang universal sifatnya hukum moral (moral code) itu berbeda bagi setiap orang
setiap filsafat moral itu hanya saja bagi suasana peradaban dimana filsafat
moral tadi muncull
karl marx dan engels beserta
semua pengikutnya memegang konsepsi materialis tentang sejarah menegaskan bahwa
gagasan-gagasan moral politik seni sosial dan filsafat ditentukan oleh keadaan
ekonomi masyarakat setiap saat setiap rakyat dan setiap kelas membentuk
gagasannya sendiri untuk menserasikan dengan situasi ekonoomi yang khusus
menurut anggapan komunis perubahan ekonomi adedidikirawanharus dilaksanakan denbgan jatuhnya
kapitalisme dan pada saat ini akan dibutuuhkan bentuk moralitas yang baru yang
harus menggantikakn moralitas borjius
sekianlah beberapa contoh dari
teori yang menolak adanya moralitas intirinsik mereka tidak menerima bahwa
perbedaan antara baik dan buruk yang dibuat manusia umumnya itu didasarkan pada
hakekat barang-barang untuk lebih mendekati pandangan tersebut marilah kita
menyelidiki apakah itu adat
adat itu munculnya karena
perbuatan yang sama yang diulang dengan cara yang sama mengapa perbuatan
diulang karena pada permulaan kalinya menjalankan perbuatan tersebut mereka menemukan
bahwa perbuatan tersebut menyenangkanatau berguna dan mereka menghendaki hal
tersebut kembali pada mulanyamanusia mengulang perbuatan-perbuatan tertentu
tidaklah karena telah mengerjakannya barang sekali dua kali tetapi untuk
keuntungan tertentu sampai adat tersebut terbentuk adat sendiribukanlah sumber
dari perbuatan nilai adat dan tradisi adalah sebagai sesuatu juga diwariskan
turun temurun kepada generasi mendatang dalam adedidikirawanbentuk yang sdh ready made yakni
sesuatu kumpulan pengalaman-pengalaman yang berguna dan profitable dari
orang-orang tua sebagai hubungan sejarah dengan masa lalu sebagai kelangsungan
budaya adat adalah tiang penyokong setiap bentuk peradaban
ada juga bisa merupakan
penghalang kemauan setelah beberapa lama keadaan mungkin telah berubah secara
radikal dan perbuatan yang dulu menguntungkan mungkin dalam keadaan baru
menjadi tidak berguna dan merugikan nzmun karena tekanan kebiasaan yang kuat
manusia terus menjalankan perbuatan tersebut tanpa memikirkan mengapa berbuat
demikian umpamanya manusia terusmenerus mengikuti dan mentaati upacara-upacara
tertentu meskipun telah lupa (tidak tahu) akan artinya tradisi dapat demikian
hebat pengaruhnya sehingga orang terus sja berkeras kepala menentangkan akal
sehat
meskipun ia telah tahu bahwa tidak
masuk akal ia tidak gisa lagi meninggalkan pola tingkah laku yang telah
demikian biasa kita pernah mengadakan perbedaan antara tata caara tatatertib
yang merupaakan adat istiadat semata dan adat istiadat bukan tata krama yang
bukan etiquetee semata-mata tetapi yang mempunyai arti moral adat semata yakni
perbuatan-perbuatan yang diulang semata adedidikirawankarena pernah dijalankan menurut
penagalaman dapat dirubah meskipun sukar sejarah telah membuktikan bahwa adat semacam itu dapat dirubah oleh lamanya waktu
yang telah berjalan oleh suatu kekerasan yang kuat oleh propaganda yang terus
menerus dan dapat dirubah dengan reduksi juga merata bahkan juga adat yang
sudah berurat akar
terdapat adat kebiasaan yang
tidak pernah dapat dirubah makna dan bernafas adalah adat kebiasaan tetapi
tidak ada orang dapat dididik kembali untuk bisa hidup tanpa keduamya
bercakap-cakap dan bertukar pikiran adalah adat kebiasaan dan hanya orang
sinting yang melarangnya musik dan ekperesi seni adalah adat kebiasaan hanya
mental tidak beres yang mau menghancurkan secara total sebab nya adalah karena
semuanya ini bukan adat semata tetapi berdasar pada tuntutan fisik mental dan
emosional manusia
dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa arti moralitas adalah kebetulan kesalahan dari
perbuatan-perbuatan manusiawi moralitas itu objektif atau subjektif sesuai
dengan sejauh tidak memperhatikan ciri pribadi dari pelaku atau sejauh
memperhatikannya intrinsik atau ekstrinsik sejauh menemukan benar dam salahnya
dalam adedidikirawanhakekat perbuatan atau dalam ketentuan hukum positif pernyataan ini adalh
tentang moralitas objektif dan morilats ekstrensik
adakah semua moralitas
(kesusialaan) itu eksterensik dan konvensional ataukah beberapa moralitas itu
intrinsik dan kodrati positivisme moral adalah teori yang teori yang mengatakan
bahwa semua moralitas itu konvejnsional bahwa sanya tidak terdapat perbuatan
yang menurut hakekatnya baik atau buruk ditunjuk tiga sumber konvensi:
1. Adat
kebiasaan pendapat iiini dipegang oleh para filsuf seperti sepencer nietzsche
ccotet dan marx adat kebiasaan bisa mendapatkankekuatan hukum dan memberi
moralitas ekstrensik pada jenis perbuatan yang indifferent sifatnya tetapi
tidak semua moralitas dapat didasarkan pada adat kebiasaan karena sementara
adat kebiasaan tidak dapat dihapuskan dan beberapa jenis perbuatan tidak pernah
dapat dijadikan adat kebiasaan satu-satunya alasan untuk itu adalah bahwa
perbuatan-perbuatan adedidikirawanini tidak pernah dijadikan adat kebiasaan satu-satunya
alasan untuk ituadalah bahwa perbuatan-perbuatanitu baik atau buruk tidak
tergantunng dari adat kebiasaan apapun juga dan adat kebiasaan bukanlah sumber
semua moralitas
2. Negara
hobbes dan rosseou berkata bahwa sebelum pembentukan negara tidak terdapat
moralitas moralitas adalah kekuatan (pentaatan) atau tidak ketaatan (pentaatan
) pada hukum sipil argumentasi melawan gagasan ini sama dengan yang terdapat
diatas negara dapat memberikan moralitas ekstrinsik pada jenis perbuatan yang
indifferent sifatnya tetapi tiada negara yang dapat sepenuhnya tidak terikat
pada peraturan mengnai hukum-hukumnya terdapat perbuatan-perbuatan yang setiap
negara harus memerintahkannya dan terdapat perbuatan-perbuatan yang setiap
negara harus melarangnya karena kehidupan manusia sendiri menutut hal ini
perbuatan-perbuatan telah bermoral atau tidak bermoral sebelum ada negara
3. Dekrit
tuhan meskipun moralitas tergantung pada kehendak tuhan juga tuhan tidak dapat
sepenuhnya semau-mau dalam hal adedidikirawanyang beliau kehendaki kehendaknya tergantung
pada intelleknya sedang baik intelek maupun kehendaknya tergantung pada
esensinya tidak dapat berlawanan dengan dirinya sendiri oleh karena beliau
sendiri tidak dapat berbuat menurut cara yang berlawanan dengan esensinya yang
takterbatas beliau juga tidak dapat memerintahkan atau mengidijinkan mahluknya
berbuat seperti itu
Beberapa perbuatan hanya
mempunyai suatu moralitas ekstrinsik menurut hakekatnya indifferent menjadi
baik atau buruk hanya karena seseorang yang berkuassa telah memerintahkannya
atau melarangnya tetapi terdapat lain perbuatan yang mempunyai moralitas
iintrinsik menurut hakekatnya perbuatan tersebut baik buruk dan tiada adat
kebiasaan hukum manusiawi atau bahkan dekrit tuhan dapat membuatnya lain
NORMA-NORMA MORALITAS
Apa yang disebut moralitas itu
sungguh ada ada beberapa perbuatan yang menurut hakekat nya indifferent yang
mendapat moralitas ekstrinsik karena diperintahkan atau dilarang oleh kekuasaan
yang sah tetapi ada perbuatan-perbuatan yang sungguh mempunyai moralitas
intirinsik moralitas perbutan-perbuatan itu tidak didasarkan pada hal-hal yang
sembarangan dan semuanya sajha baik dari adat negara malah juga tuhan tetapi
berdasarkan pada hakekat perbuatan-perbuatan tersebut sendiri dan oleh karena
alasan-alasan ini perbuatan-perbuatan tersebut telah menjadi adat kebisaan
diantara manusia atau ditentukan oleh negara atau ditentukan oleh tuhan tugas
kita selanjutnya adalah menemukan norma-norma yang bisa kita pakai untuk
menntukan hakekat perbuatan-perbuatan mana perbuatan adedidikirawanyang baik mana yang buruk
dan mana yang indifferent menurut hakekatnya langkah 2 yang kita tempuh adalah
sebagai berikut :
1. Apakah
yang dimaksud dengan suatu norma moralitas
2. Kemampuan
manakah yang harus kita pakai untuk untuk mengukur moralitas
3. Bagaimana
membangun moralitas
4. Apakah
norma moralitas yang benar
5. Bagaimana
membuktikan bahwa ini adalah norma yang benar
6. Apakah
norma ini sesungguhnya praktis dan dekat apakah norma terhadir moralitas
ARTI SUATU NORMA
Norma adalah sturan standarad
ukuran norma adalah sesuatu yang sudah pasti yang dapat kita pakai untuk
membandingkan sesuatu lain yan g hakekatnya besar kecilnya, ukurannya
kwalitasnya adalah ragu-ragu jadi norma moralitas adalah aturan standarad atau
ukuran dengan mana kita bisa mengukur kebaikan atau keburukan sesuatu perbuatan
haruslah sesuatu dengan mana sesuatu perbuatan (haruslah) secara positif sesuai
untuk dapat disebut secara moral indifferent haruslah sesuatu yang netral
terhadap ukuran tadi
Suatu norma dapat dekat atau
terakhir untuk mengerti beberapa panjangnya sesuatu pakai meteran tetapi
bagaiimana pembuat ukuran meteran menentukan bahwa sekian panjang itu satu
meter dia mengukur meteterannya dngan ukuran yang resmi dipakai dan diatasnya
itu tidak terdapat ketentuan lain pada umumnya suatu norma dekat adalah norma
yang secara langsung dapat diterapkan
pada benda yang harus diukur norma tersebut siap dipakai norma asli atau
norma terakhir adalah alasan terakhir mengapa norma dekat itu seperti
kenyataannya secara teoriitis hal yangsama dapat dipakai adedidikirawanuntuk memenuhi fungsi
dari kedua norma yakni dekat dan terakhir
Bahwasanya harus terdapat sesuatu
norma moralitas dijelas telah kita tunjukan bahwa ada beberapa perbuatan yang
menurut hakekatnya buruk maka haruslah terdapat sesuatu hal yang bisa untuk
menentukan mengapa yang stu demikian sedangkan lainnya begitu dan norma
tersebut haruslah norma dekat artinya dapat langsung diterapkan pada perbuatan
kongkrit satu-satunya macam perbuatan yang sesungguhnya ada
Supaya norma sahnya dekat terjamin
harus terdapat norma terakhir yang memberi dijaminan untuk menemukan sesuatu
kita harus mencarinya dengan cara yang benar-benar ditempat yang benar seperti
kita tidak dapat mencari adedidikirawanemas dengan jalan mendengarkannya dan mencarinya
sebagai sesuatu yang tumbuh dipohon maka juga dallam usaha kita menemukan norma
moralitasharus kita putuskan:
1. Dalam
mencari kemampuan mana yang harus dipakai dan
2. Didaerah
mana kemampuan tersebut harus digunakan
MORAL SENSE THEORI
Adakah mempunyai kemampuan khusus
untuk menemukan dan mengukur moralitas menjelang akhirabad ke 17 dan selama
abad ke 18 beberapa moralitas inggris berpendapat bahwa pengertian tentang
sesuatu yang moral baik dan moral buruk dikerjakan oleh kemampuan yang berbeda
dari intelek atau akal budi kemampuan khusus tersebut mereka berikan nama moral
insitut atau moral intuition atau moral sense
Anthon ashley cooper sangat
terpukau dan tertarik pada pemikiran filsaat tentang yang indah mengatakan
bahwa disamping bentuk-bentuk lainnya juga terdapat keindahan moral bahwa hidup
moral adalah sesungguhnya hidup juga indah
The sesnse of beuty menurut
pandangannya adalah a special faculty of the mind dan bilamana diterapkan pada
moral beauty menjadi the moral sense
keindahan moral (moral beuty) terletak pada perimbanngan yang sebenarnya dari
apa yang disebut publik danprivat afections perimbangan dari dorongan-dorongan
sosial dan menghasilkan suatu hidup huga bulat dan harmonis teori ini adalah
aestheticixme moral
Francis hutcheson I mengembangkan
pandangan as cooper dengan memisahkan moral sense dari sesthi thic sense dan
moral sense berfungsi khusus yakni membedakan yang benar dari yang salah joseph
butler mengambil langkah yang jelas dengan menjamakan moral sense dengan
adedidikirawanconsien factuly yang berbeda dari intelek thomas reid menguraikan moral sense
theory sebagai berikut:
The abstract nation of moral good and ill would be of no use to direct
our life if we had not the power off applying it to particular actions and
determining what is morality good and what is morally ill some philosophers
with hom i agree ascribe this to an
orginal power of faculty in man which they call the moral sense the moral
faculty conscience........................................................................
The name of the moral sense though more frequently given to conscience
since lord shatesbuty and Dr. Hutcheson wrote is not
new.................................................................................................
In its dignity it is with out doubt far superior to every other power
of the mind but there is this analogy
between it and the external senses that as by them we have not only the
original conceptions of the various qulitieas of bodies but the original
judgement that this body has such a quality that such another so by our moral
faculty we have both the original conceptions of right and worng in conduct of
merit and demerit and the original judgement that this conduct is right that is
wrong that is worng that this charactr has worth that demerit
The testimony of our moral faculty like that of the external senses is
the testimony of nature and we have the same reason to rely upon it
Adam Smith seorang ekonom
mendekati etika dari standpointnya psychologycal analisis moral faculty atau
consicience adalah suatu rasa simpati yang naluri yang ia dijelaskan sebagai
berikut:
We either approve or disprove of
our own conduct according as we feel that when place our selves in the
situation of another man adedidikirawanand view it as it were wtih this eyes and from the
situation we either can or cannot enter into and symphatize with thw senti
ments and motives which inflluence it
When i endevour to examine my own
conduct when i endecour to pass sentence upon it and either to approve or
condemen it it is evident that iin all such cases i devide my self as it were
into two persons and that i the examiner and judge represent a different
character from that other i the person
whose conduct is examined into and judged of
Teori-teori tersebut semuanya menuntut
adanya kemampuan juga berbeda dari intelek untuk memutuskan yang benar dan
salah atau fungsinya hanya itu atau menjamakannya dengan aesthetic sense atau
dengan hati nurani (conscience) atau dengan sentiments of symphaty moral
instuteonisme dari ralph cudrowith dan samuel clarke termasuk golongan pendapat
juga semacam karena adedidikirawanmeskipun mereka mengatakan bahwa intelek adalah kemampuan
yang menentukan benar atau salah tetapi menurut mereka intelek ini dalam
memutuskan demikian tidaklah melalui proses pemikiran tetapi by an immediate
intelectual intuition of the external fitness of things yang merupakam ekpresi
dari idea-idea ilahi
Kritik: tidak dibutuhkan adanya
suatu kemammpuan moral khusus yang berbeda dari intelek keputusan-keputusan
moral pada dasarnya bukanlah berbeda dari keputusan-keputusan lainnya karena
kemampuan –kemamppuan adedidikirawanmoral tersebut kebenaran-kebenaran yang jelas dengn
sendirinya atau kesimpulan hasil pemikiran dengan bertolak dari prinsip yang
jelas dengna sendirinya
Mengerti adalah fungsi intelek
lain kemampuan yang bukan intelek bakal bisa mengerti mengapa
perbuatan-perbuatan tertentu baik atau buruk adalah ganjil mengharapkan orang
memakai intelek dibidang ilmu bussiness hukum dan politik tetapi tidak dibidang
perbuatanya sendiri dan dalam mencapai tujuan terakhirnya
Menjamakan moral sense dengan
aesthetic sense tidaklah menjatuhkan soal apa-apa karena kita tidak butuh
kemampuan istimewa untuk menangkap yang indah benar bahwa ada adedidikirawanapa yang disebut
keindahan moral dan bahwa kebajikan (virtue ) indah dan kejahatan itu buruk
tetapi kebenaran tersebut lebih jelas dalam abstraknya dari pda dalam
konkritnya keindahan memang seharusnya memikat dan menarik tetapi moralitas
dapat ada tanpa dikenal keindahan harus memberikan kesenangan tetapi moralitas
tidak jarang sukar adedidikirawandan meminta pengorbanan merenungkan dengan intelek kita
perlu untuk bisa menangkap keindahan suatu moral hidup
Hati nurani adalah norma
moralitas subjektif bukan norma moralitas objektif seperti yang akan kita lihat
hati nurani bukanlah suatu kemampuan istimewa tetapi hanya nama intelek yang
memutuskan moralitas atas suatu peralatan khusus yang konkrit disini dan kini
keputusan hati nurani adalah kesimpulan dari suatu dylogisme yang dicapai
melalui proses rasional dalam artinya yang sebenarnya
rasa meskipun dalam bentuknya yang agung seperti rasa simpati tidak dapat menjadi adedidikirawanpembimbing yang dapat dipercaya untuk yang benar dan yang salah rasa terusmenerus berganti terus menerus berubah tergantung dari kondisi fisik kita dan gerak emosi kita perbuatan yang sama dapat baik atau buruk sesuai dengan yang merasakan juga bila perbuatan-perbuatan diklasifikasi menurut rasa-rasa yang biasa mereka ajukan sebagai ukuran toh harus ditentukan pula alasan-alasan objektif perasaan-perasaan tersebut biasa diajukan dan alasan objektif inilah yang akan menjadi norma
rasa meskipun dalam bentuknya yang agung seperti rasa simpati tidak dapat menjadi adedidikirawanpembimbing yang dapat dipercaya untuk yang benar dan yang salah rasa terusmenerus berganti terus menerus berubah tergantung dari kondisi fisik kita dan gerak emosi kita perbuatan yang sama dapat baik atau buruk sesuai dengan yang merasakan juga bila perbuatan-perbuatan diklasifikasi menurut rasa-rasa yang biasa mereka ajukan sebagai ukuran toh harus ditentukan pula alasan-alasan objektif perasaan-perasaan tersebut biasa diajukan dan alasan objektif inilah yang akan menjadi norma
Meskipun menurut pendapatnyaadedidikirawan
orang bijak kita mempunyai intuisi tentang prinsip moral yang pertama tetapi
prinsip-prinsip moral demikian sangat sedikit mungkin hanya satu karena tidak
ada proses pemikiran yang dapat dikembalikan terus menerus jelas bahwa kita
tidak mempunyai intuisi langsung tentang kebaikan moral atau keburukan moral
perbuatan –perbuatan konkrit yang dilaksanakan disini dan kini apabila moralitas intuitif dan tidak
perlu dibuktikan dengan argumen rasional adedidikirawanbagaimana adanya demikian banyak
pendapat-pendapat yang berbeda tentang moralitas itubisa dijelaskan
MEMBENTUK NORMA
Kesimpulan yang dapat kita tarik
ialah bahwa kemampuan yang semestinya dipakai dalam membedakan baik dan buruk
adalah intelek manusia
Pengikut-pengikut aristoteles
kaum sotoa filsuf-filsuf abad pertengahan dan banyak filsuf modern benar dalam
berkata bahwa suatu perbuatan baik apabila sesuai dengan akal yang benar
pemikiran yang benar (right reason) jadi kurang lebih membuat right reason
sebagai norma moralitas tetapi ini hanya menjawab separuh dari pertanyaan
kemempuan mana yang harus dipakai bukan bagaimana dan dimana memakainya
bagaimana kita dapat tahu bahwa sesuatu pemikiran benar logika mengajar kita
bagaimana menarik kesimpulan yang benar dari premis-premis yang ada tetapi
logika tidak memberi premiskepada kita lalu dimana kita mencarinya hal-hal ini
dan bagaimana kita bisa mengenalnya bilamana kita telah menemukannya
Suatu norma harus dibentuk dengan
menguuji macamnya barang-barang yang hendak kita ukur dan menyelidiki maksud
untuk apa kita harus mengukurnya barang-barang yang hendak kita ukur adalah
perbuatan-perbuatan manusiawi dan maksdu kita mengukur adedidikirawanadalah untuk menentukan
kebaikannya dan keburukan mengapa suatu hal disebut baik sebab hal itu adalah
sesuatu tujuan pada dirinya atau suatu jalan menuju tujuan diingikan karena
dirinya sendiri atau karena hal yang dituju
Pada permulaan tiada satupun
diantaranya yang bisa diharapkan kenyataan bahwa sesuatu hal menginginkan
hanyalah menunjukan bahwa sesuatu tadi ontologis baik bukan bahwasanya sesuatu
tadi moral baik setiap perbuatan yang kita kerjakan secara ontologis adalah
baik sesuatu juga menjurus kearah kepuasan sesuatu keinginan tetapi harus lah
kita cari ukuran lain untuk kebaikan moral persoalanya belum selesai dengan
merenungkan perbuatan sebagai jalan kearah tujuan memang betul bahwa
perbuatan-perbuatan manusiawi (human acts) adalah jalan menuju tujuan terakhir
bahwasanya perbuatan-perbuatan tersebut baik bilamana membawa mmanusia kearah
tujuan adedidikirawanterakhirnya dan buruk apabila merupakan penghalang kearah tujuan
akhirnya dan kini yang kita perbincangkan adalah tentang kebaikan moral
kesukarannya bagaimana kita mengetahuuinya apakah mereka membantu atau
menghalangi
Andaikata dapat melihat dengan
mata kepala kita sendiri orang-orang yang berhasil mencapai tujuan akhirnya
dapatlah kita mengadakan penyelidikan tentang bagaimana caranya mencapai tujuan
terakhir tersebut dan dapatlah jalan yang sama itu kita pakai sendiri tetapi
seperti yang kita lihat banyak orang yang telah melewati masa hidupnya dan kita
tidak tahu adedidikirawansiapa-siapa yang mencapai tujuan terakhirnya dan siapa-siapa yang
tidak orang-orang ini juga tidak kembali lagi kedunia untuk bercerita kepada
kita perbuatan mana yang ternyata merugikan jadi tidak terdapat metode langsung
yang dapat kita pakai
Kecuali itu bila ada hanya akan
merupakan moralitas eksentrik dari pperbuatan bukan moralitas intirinsiknya
yang nampak kepafdakita hanya bahwa perbuatan itu sungguh membantu ketujuan
bukan mengapa perbuatan tersebut sungguh membantu kearah tujuan tidak akan
menunjukan apa-apanya tentang hakekat perbuatan sendiri yang membuat perbuatan
itu baik atau buruk karrena sesuatu perbuatan tidaklah baik karena justru
adedidikirawanmembawa kearah tujuan tetapi lebih tepat perbuatan ini membawa ketujuan karena
perbuatan tersebut adalah baik
Problem yang kita hadapi dapat
kita selsaikan meskipun kita hrus mengadakan pendekatan secara tidak langsung
akan kita perbincangkan mengnai tiga pokok :
1. Perbuatan
manusia
2. Tujuan
manusia
3. Hakekat
manusia
1. Perbuatan
manusia kita mengerti hubungan perbuatan-perbuatan dengan tujuan
perbuatan-perbuatan manusiawi karena merupakan sarana kearah tujuan terakhir
adalah baik apabila membantu kita ketujuan dan buruk apabila menghalangi kita
tetapi seperti juga telah dikatakan diatas kita hanya dapat mengetahuinya
secara abstrak dan kita tidak adedidikirawanmmpunyai cara untuk memisahkan antara perbuatan
yangmembantudan perbuata-perbuatan yang menghalangi
2. Tujuan
manusia kita juga tahu mengnai hubungan
antara tujuan dan hakekat kita mengatakan suatu benda itu untuk apa dengan
melihat pada caranya bendanitu dibuat kita menemukan tujuan sesuatu benda
dengan menyeldiki hakekatnya dengan cara demikianpulalah kita menemukan apakah
tujuan terakhir dari manusia yakni kebahagian sempurna dalam memiliki tuhan
karena keinginan adedidikirawanmanusia pada kebahagiaan sempurna tersurat dan tersirat dalam
hakekat manusia
Hal ini
bagaimanapun juga tidak menunjukan kepada kita tentang perbuatan-perbuatan
manusiawi dan tentang inilah pokok pernyataan kita
3. Hakekat
manusia kedua hubungan ini membawa kita kepada yang ketiga yakni hubungan
perbuatan-perbuatan dengan hakekat apabila kebaikan dan keburukan perbuatan
manusia ditentukan dalam menolong tidaknya kearah tujuan terakhir dan tujuan
manusia ditentukan atas dasar penyelidikan hakekat manusia maka dapat kita
tinggalkan adedidikirawanlangkah tengah dan memutuskan kebaikan atau keburukan
perbuatan-perbuatan manusiawi dengan menyelidiki hakekat manusiawi prosedur ini
sungguh tepat memberikan apa yang kita kehendaki mencapai meskipun tujuan
terakhir tidaklah dicapai dalam hidup kini dan bukan objek dari pengalaman kita
toh hakekatnya manusia dan perbuatan-perbuatan manusiawi secara langsung ada
didepan kita didalam hidup ini adedidikirawan dan dapat diselediki disini dan sekarang jadi
dapat kita miliki ukuran yakni kita dapat memakai hakekat untuk mengukur
perbuatan-prbuatan kita maka kesimpulan kita adalah perbuatan-perbuatan
manusiawi membimbing kearah tujuan terakhir manusia dan moral baik apabila
sesuai dan serasi dengan hakekat manusia jadi hakekat manusia paling sadedidikirawanedikit
dalam arti tertentu adalah norma morlitas
Dari uraian diatas dapat disimpulkan norma moralitas adalah stndard kepada apa kita membandingkan
perbuatan-perbuatan manusiawi guna menentukan kebaikan atau ke burukannya norma
dekat (proxmiats norm) adalh norma adedidikirawan juga secara langsung dapat diterapkan pada
perbbuatan norma terakhir (ultimate norm) adalah norma yang menjamin kesahanya
norma dekat
Teori moral sense menganjurkan
suatu fakultas (kemampuan) yang berbeda dari intelek untuk memastikan baik atau
buruk tetapi tidak perlu terdapat fakultas semacam itu karena adedidikirawan itu akan membuat
perbuatan yang bernilai moral menjadi non rasionil dan jadi tidak sepantasnya
bagi mehluk manusia yang rasionil
Suuatu perbuatan itu baik bila
selesai dengan pikiran benar (right reason ) tetappi bilamana kita bisa bilang
jika pikiran itu adedidikirawan benar-benar meskipun perbuatan baik adalah perbuatan yang
membo3tetapi tidak perlu terdapat fakultas semacam itu karena itu akan membuat
perbuatan yang bernilai moral menjadi non rasionil dan jadi tidak sepantasnya
bagi mehluk manusia yang rasionil
Suuatu perbuatan itu baik bila
selesai dengan pikiran benar (right reason ) tetappi bilamana kita bisa bilang
jika pikiran itu benar-benar meskipun perbuatan baik adalah perbuatan yang
membimbing ketujuan terakhir mereka kita tidak pernah punya pengalaman atau
mendengar kesaksian orang-orang yang berhasil mencapai tujuan terakhir mereka
kkita harus menggunakan adedidikirawan kodrat manusia kita sebagai jembatan oleh karenaadedidikirawan kita
menemukan apa tujuan terakhir itu dengan mempelajari kodrat kita kita
berkesimpulan behwa perbuatan-perbuatan yang sesuai (confermed) pada kodrat
kita akan meb awa kita ketujuuan terakhir kita
Maka norma moralitas adalah
kodrat hakekat manusia diambil sepenuhnya dalam sluruh bagian-bagiian dan
nasib-nasibnya :
1. Bagian-bagian
: (metafisis: animalitas dan
rasionalitas
(
(fisis:badan
dan jiwa
(
(integral
:bagian-bagian badan dan orang-orang
2. Nisbah-nisbah
: (kreturil : kepada tuhan
(sosial :
kepada sesama manusia
(posesif :kepada benda-benda didunia
Tuhan yang menjuruskan segala
sesuatu ketujuan mereka dengan melalui kodrat yang ia berikan kepada mereka
juga menjuruskan manusia kearah tujuan dengan melalui kodratnya tuhan yang
memberi manusia seluruh kodrat kemanusiaaan adedidikirawan dengan segala bagian-bagian dan
nisbah-nisbahnya haruslah menghendaki dari manusia macam aktivitas yang
memelihara harmoni yang semestinya dalam bagian-bagian dan hisbah-hisbah ini
dan ini akan merupakan macam aktivitas yang baik bagi manusia (baik secara
integral baik dalam arti moral maka kodrat hakekat manusia sepenuhnya adalah
norma moralitas
Inilah norma dekat yang benar
karena tiada lain selain kodrat manusia yang bisa memenuhi fungsi-fungsi ini :
1. Memberi
aturan-aturan morallitas yang sama pada semua manusia
2. Membberi
semua atran-aturan moralitas pada setiap manusia
3. Tidak
berubah akan tetapi dapat diterapkan pada semua kehidupan
4. Selalu
hadir dan nampak pada semua manusia
Norma terakhir adalah kodrat
illahi sebagaimana kodrat manusia itu menyamai kodrat oillahi maka perbuatan
manusia harus menyamai perbuatan illahi manusia berbuat benar adedidikirawan bila ia
mengerjakakn apa yang tuhan kerjankan salah bila manusia menyalah gunakan
kemerdekannya dengan mengerjakan apa yang tuhan tidak dapat mengerjakan
FAKTOR PENENTUAN
MORALITAS
Untuk menerapkan norma moralitas pada
kejadian-kejadian yang konkrit kita harus menemukan apa yang terdapat dalam
perbuatan yang dapat menyebabkan perbuatan tadi sesuai atau tidak sesuai dengan
norma kita ketemukan tiga macam faktor penentuan dalam moralitas :
1. Perbuatannya
sendiri
2. Motif
3. Keadaan
Perbuatan sendiri adalah apa yang
dikehendaki si pelaku memandangnya tidak dalam tertib fisis tetapi dalam
tetrtib moral kita telah tunjukan bahwa terdapat perbuatan-perbuatan yang
menurut
hakekekatnya mengarah motif berhubung
dikehendaki dengan sadar membri saham pada moralitas dari perbutan tersebut
malah kadang-kadang memberi jenis moralitas lain
keadaan adalah adedidikirawan segala yang
terdapat (terjadi) pada sesuatu peristiwa perbuatan sementara keadaa tidak
mempunyai akibat pada moralitas sementara lain berakibat entah memberi jenis
moralitas baru pada perbuatan atau memberi suatu taraf baru dalam adedidikirawan jenis yang
ada keadaan bisa diketahui sebelumnya dan jika demikian dikehendaki dalam saat
menghendaki perbuatan tersebut maka juga memberi saham pada moralitas perbuatan
tersebut
suatu perbuatan yang buruk
menurut hakekatnya tidak dapat dijadikan baik atau indiferent oleh motif maupun
oleh keadaan meskipun meski taraf keburukan bisa agak berubah suatu perbuatan
yang menurut hakekat nya baik dihancurkan adedidikirawan oleh setiaf motif yang sngat buruk
atau keadaan yang sangat buruk motif atau keadaan yang sedikit buruk melemahkan
kebaikan perbuatan tetapi tidak menghancurkan suatu perbuatan yang menuurut
hakekatnya indifferernt mendapatkan seluruh adedidikirawan moralitasnya dari motif dan keadaan
apabila dari salah satu darinya buruk perbuatannya menjadi buruk apabila
sementara baik dan lainnya buruk bisa mungkin memisahkan perbuatan fisik
menjadi dua perbutan moral
kita beranggapan bahwa pada
konkritnya tiada perbuatan yang indiferent sebab atau perbuatan tadi diarahkan
atau tidak diarahkan paling sedkit secara implisit pada tujuan terakhirnya jika
tidak buruk mka perbuatan tadi baik kaum adedidikirawan stoicis tidak setuju dengan pendapat
ini moralitas bersemayam didalam perbuatan bathin kehendak yang tidak niscaya
dilaksanakan keluar menjdai aksi luaran tetapi bila dilaksanakan keluar
perbuatan bathin memberikan moralitasnya kepada aksi luaran tersebut karena
adedidikirawan keduanya merupakan satu keseluruhan moral perbuatan bathin hanya dapat secara
aksidentil dipengaruhi oleh perbuatan luaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar